Jumat, 16 Maret 2012

Pengetahuan Tentang Turun Hujan

HUJAN
Apabila awan yang terbentuk di angkasa terus naik  butir-butir halus berubah menjadi butir-butir air yang besar-besar dan akhirnya jatuh ke bumi sebagai air hujan
Jadi hujan dapat didefinisikan  peristiwa jatuhnya butir-butir air dari langit ke permukaan bumi
Hujan juga dapat diartikan  presipitasi yang berbentuk cair (presipitasi: semua bentuk hasil konsumsi uap air yang terkandung di atmosfer)
Hujan  salah satu gejala cuaca yang memiliki peranan penting bagi kehidupan di bumi (hujan sebagai sumber air tawar)

CURAH HUJAN
Jumlah curah hujan yang diterima oleh suatu daerah disamping tergantung sirkulasi uap air, juga tergantung dari faktor-faktor:
Letak garis lintang
Ketinggian tempat
Jarak dari sumber-sumber air
Posisi daerah terhadap benua/daratan
Arah angin terhadap sumber-sumber air  menuju atau menjauhi
Posisi daerah terhadap gunung
Suhu relatif daratan dan lautan

Untuk berbagai tujuan, ada 4 karakteristik presipitasi yang dipelajari ahli hidrologi, yaitu:
1. Intensitas: jumlah hujan yang jatuh dalam waktu tertentu (mm/menit, cm/jam, dan lain-lain)
2. Lama hujan/durasi: periode waktu selama hujan berlangsung (menit, jam, dan lain-lain)
3. Frekuensi: harapan hujan akan jatuh dalam waktu tertentu
4. Luas areal: penyebaran hujan menurut ruang

DATA CURAH HUJAN
Curah hujan di Indonesia  berkisar antara 2.000-3.000 mm/tahun
Untuk mendapatkan hasil yang akurat  data lapangan harus diperiksa dan diteliti kebenarannya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk keperluan penyelesaian masalah-masalah hidrologis
Pemeriksaan  dapat ditanyakan langsung kepada petugas pencatat

Cara Penghitungan Curah Hujan Daerah dari Pengamatan Curah Hujan di Beberapa Titik:
Cara Rerata Aljabar
 cara paling mudah, akan tetapi mempunyai ketelitian paling rendah
 pada umumnya hanya digunakan untuk daerah dengan variasi hujan rerata kecil
 sesuai untuk kawasan datar/rata dan DAS dengan jumlah penakar hujan besar yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili

Yaitu dengan menghitung rata-rata aritmetik (hitung) dari semua total penakar hujan di suatu kawasan/daerah

R = 1/n (R1+R2+R3+…Rn)
Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah titik-titik pengamatan
R1+R2+R3+…Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)

Cara Poligon Thiessen
 dipandang lebih baik dari cara rerata aljabar karena telah memasukkan faktor daerah pengaruh stasiun hujan, meskipun faktor topografi tidak tercakup di dalamnya
 sesuai untuk kawasan dengan jarak penakar hujan yang tidak merata; sehingga memerlukan stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut
 pemindahan atau penambahan stasiun pengamat akan mengubah seluruh jaringan

Yaitu dengan menggambar bisektor tegak lurus melalui garis-garis lurus yang menghubungkan penakar-penakar hujan di dekatnya, dengan meninggalkan masing-masing penakar di tengah-tengah suatu poligon
Rata-rata hujan didapat dengan membagi jumlah hasil kali luas poligon dan hujan (dari penakar di poligon) dengan luas total (luas daerah penelitian)

R = A1R1+A2R2+A3R3+…AnRn /dibagi A1+A2+A3+…An
= A1R1+A2R2+A3R3+…AnRn /dibagi A
= W1R1+W2R2+W3R3+…WnRn

Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
R1,R2,R3,…Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
A1,A2,A3,…An = luas wilayah yang dibatasi poligon
A = luas daerah penelitian
W1,W2,W3,…Wn = A1/A,A2/A,A3/A,…An/Wn

Cara Garis Isohiet
 merupakan metode paling teliti karena telah memasukkan faktor topografi, akan tetapi subyektivitas yang menyertai hasil analisis cukup tinggi, apalagi di dalam interpolasi ruangnya akan menghasilkan kesalahan yang cukup tinggi
 sesuai untuk kawasan-kawasan bergunung
 membutuhkan stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan tersebut
 sangat bermanfaat untuk penghitungan curah hujan yang singkat

Yaitu dengan menggambar garis yang menghubungkan jeluk/kedalaman hujan yang sama pada suatu kawasan/daerah
Rata-rata hujan ditentukan dengan menjumlahkan hasil kali luas isohiet dan hujan, dan dibagi dengan luas total.
R = A1R1+A2R2+A3R3+…AnRn /dibagi A1+A2+A3+…An
Keterangan:
R = curah hujan daerah (mm)
A1,A2,A3,…An = luas bagian antar dua garis isohiet
R1,R2,R3,…Rn = curah hujan rata-rata pada bagian
A1,A2,A3,…An

Klasifikasi Hujan

===HUJAN BERDASARKAN PROSESNYA===
Hujan Orografik
Terjadi di daerah pegunungan (hujan pegunungan)
Udara yg mengandung uap air bergerak naik ke atas pegunungan. Akibat penurunan suhu, udara terkondensasi dan turunlah hujan pd lereng yg berhadapan dg arah datangnya angin.
Daerah lereng lain tempat turunnya hujan yang miskin uap air dan kering disebut daerah bayangan hujan (shadow rain)

Hujan Frontal
Terjadi jika massa udara yg panas naik di atas suatu tepi frontal yang dingin (udara dingin). Ketika udara naik temperatur mjd dingin shg tjd kondensasi dan jatuh mjd hujan frontal
Biasanya terjadi di daerah sedang
Udara dingin berasal dari kutub dan udara panas berasal dari khatulistiwa
Laju hujan yg tjd adlh sedang dan seringkali berlangsung lama

Hujan Konveksi
Kebanyakan terjadi di daerah tropis
Disebut juga hujan zenithal
Uap air di daerah ekuator naik secara vertikal akibat pemanasan air laut terus-menerus. Akhirnya uap air tersebut berkondensasi dan menurunkan hujan konveksi
Hujan ini biasanya turun pada sore hari stlh mendapat pemanasan maksimum (pemanasan maksimum umumnya pukul 12.00-14.00)

Hujan Konvergen
Hujan yang diakibatkan oleh adanya arus konvergensi udara atau pengumpulan awan oleh angin (faktor angin cukup berpengaruh)
Arus Konvergensi: arus udara yang bergerak akibat adanya tekanan udara yang sangat rendah di suatu tempat sehingga massa udara basah akan bergerak dengan cepat dan menimbulkan hujan disertai dengan angin

===HUJAN BERDASARKAN BENTUKNYA===
Hujan Air
Berupa air yg jatuh dlm bentuk tetesan yg dikondensasikan dr uap air di atmosfer
Kebanyakan di Indonesia
Biasa disebut dg rain krn berbentuk cair
Diameter butir: 0,5 – 4 mm

Hujan Salju
Merupakan jumlah salju basah yg jatuh dlm suatu periode terbatas
Salju: kristal-kristal kecil air yg membeku dalam butiran kecil yg scr lgsg dibentuk dr uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi < 0C (0C: titik beku air)
Proses terbentuknya: antar butir air saling bertumbukan tetapi tidak menyatu (hanya menempel) shg jika hujan jatuh tdk teratur bentuknya.
Diameter butir < 0,5 mm
Bisa tjd pd suhu 6C

Hujan Es
Adanya panas mengakibatkan uap air terangkat ke atas. Smkn ke atas butiran air smkn besar. Uap air tsb berkondensasi dan akhirnya jatuh mjd hujan es
Biasa tjd di daerah sedang
Sebetulnya peluang tjd di daerah tropis jg kuat, ttp krn di daerah tropis utk membeku awan harus naik setinggi 5000 m, maka akibat ketinggian tsb es yg jatuh ke bawah sudah tdk berbentuk es lagi  ttp berbentuk cair.
Diameter butir > 4 mm

===BERDASARKAN MODELNYA===
Hujan Homogen
Dari awal sampai akhir terjadinya hujan deras dan kemudian berhenti

Hujan Advanced
Di awal hujan yang terjadi deras kemudian semakin berkurang derasnya dan berhenti

Hujan Intermediate
Hujan yang terjadi semakin meningkat sampai pada titik tertentu (pertengahan) dan kemudian menurun derasnya sampai akhirnya berhenti

Hujan Delay
Di awal hujan yang terjadi sedikit dan semakin deras di belakang.

0 komentar:

Terimakasih telah berkunjung :D.Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak :). No P*rno, No Spam, No Links, No SARA.

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright 2012 Ramdani: Pengetahuan Tentang Turun Hujan Template by Bamz | Publish on Bamz Templates